lagi-lagi kau keluarkan pintu
dari ransel biru tuamu
tempat kau simpan waktu
yang belum juga berlalu
lagi-lagi kau tatap pintu
berdiri membatu
seakan menikmati candu
atau kau melihat hantu
lagi-lagi kau masuki pintu
meninggalkan jejak sepatu
dan bayang punggungmu
menjauhi tanganku
lagi-lagi sedaun pintu
membutakanku
apa perlu kusegel pintu itu
atau kubakar sampai abu
karena yang kutahu
setelah pergi melewati pintu
kau tak pernah pulang utuh
dan keping-keping diriku terbunuh